Sepak Sawut Merupakan Budaya Yang Melekat Pada Saat Upacara Tradisional Warga Dayak Mura

MURUNG RAYA / SEMAKU.net – Sepak bola api atau dikenal dengan nama ‘sepak sawut’, merupakan olah raga tradisonal Suku Dayak yang sudah dilakukan turun temurun. Dulunya, permainan yang biasanya dilakukan malam hari itu merupakan salah satu adat masyarakat Suku Dayak,
sebagai ritual adanya kematian.

Anggota DPRD kabupaten Murung Raya, BEBIE, S.Sos, SH, M.M., M.AP,
Menyebutkan, Sepak Sawut’, Olah Raga Tradisional ini di lakukan sebagai acara ritual adat guna untuk mengusir Roh Jahat, Acara ritual ini pun di lakukan buka pada saat malam hari kematian saja tetapi Juga di lakukan oleh peserta lomba Di Festival Budaya Isen Mulang (FBIM) dari sejak nenek moyang di warga masyarakat Dayak Kalteng, lomba Sepak sawut adalah olahraga yang paling dinantikan penonton.

Lomba Sepak Sawut merupakan seni yang sudah melekat dan membudaya pada warga masyarakat Dayak, baik pada acara kesenian karnaval budaya maupun pada saat mengadakan upacara kematian.

“Antusiasi warga masyarakat yang hadir sangat luar biasa dan acara tersebut di lakukan sebelum. Pasca pemakaman dimana semua warga dan keluarga berkumpul di Rumah duka sebagian dari warga yang hadir untuk berdoa’ semoga almarhum yang meninggal di terima di sisi Tuhan yang maha esa, dan sekaligus menghibur keluarga duka, agar tetap tabah dalam menghadapi ujian dan cobaan serta mengikhlaskan kepergian almarhum, yang meninggalkan keluarga untuk selamanya.

“Sepak sawut atau sepak bola api merupakan salah satu adat masyarakat suku Dayak yang dahulunya digunakan sebagai ritual adanya kematian.

Tradisi ini dimaksudkan untuk mengusir roh-roh jahat dengan cara menjadikan bola api sebagai alat untuk menakut-nakuti roh jahat.

Sepak sawut menggunakan kelapa kering yang terlebih dahulu dipukul-pukul agar empuk kemudian direndam di minyak tanah beberapa menit agar mampu menghasilkan api yang besar atau tinggi.  Semakin tinggi api maka semakin bagus, agar roh jahat pun menjadi lebih takut.

Permainan yang biasanya dilakukan pada malam hari itu  dilakukan secara berkelompok, setiap kelompok berjumlah 5 orang peserta dengan durasi waktu permainan  selama 2×10 menit untuk 1 babak.


Dan acara sepak sawut juga memiliki keajaiban tersendiri dimana disetip peserta pemain sepak sawut tidak pernah menyampaikan keluhannya sakit terluka bakar dll nya walaupun api yang di tendang mengenai pakaian dan kulit ” Tutur anggota DPRD Mura,
BEBIE, S.Sos, SH., M.M., M.AP. [Longking]



Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *